CPG berbagi ide baru tentang tempat kerja pasca covid-19 di Singapura | Real Estate Asia

CPG berbagi ide baru tentang tempat kerja pasca covid-19 di Singapura

Pilihan cara bekerja yang lebih beragam, seperti tempat kerja yang dirancang ulang dan home office yang lebih lengkap, dapat menjadi bagian dari new normal.

Perubahan transformatif dapat terjadi di Singapura lewat CPG Corporation, salah satu perusahaan paling mapan di negara itu. Adopsi  teknologi dan alur kerja digital, yang telah berakar selama pandemi, semakin cepat dan membuka pintu untuk peningkatan ke fase berikutnya lewat aplikasi teknologi seperti AI, robotika, dan otomatisasi.

Group Chief Innovation Officer CPG, Tan Shao Yen, mengatakan bahwa kerja jarak jauh (remote working) telah dapat diterima masyarakat secara luas. “New normal” telah memberlakukan banyak persyaratan baru di tempat kerja, dan sebagian besar adalah persyaratan untuk melindungi penghuni dan meminimalkan risiko penularan virus antar manusia.

“Budaya kerja dari rumah telah mendorong permintaan untuk komunitas yang tangguh dan beragam penggunaan. Pergeseran ini akan mendorong penggunaan kembali beberapa tempat kerja tradisional, seperti CBD dan business parks. Adopsi teknologi yang cepat akan mengarah pada era fasilitas yang cerdas dan tangguh,” katanya.

“Anda akan melihat ke belakang, mengingat hari-hari di mana Anda harus bepergian, melewati jam-jam sibuk. Semua orang memadati lalu lintas untuk sampai ke tempat kerja. Dan pada akhirnya, Anda hanya memadati lalu lintas lagi untuk pulang. Untuk apa?” tambahnya.

Shao Yen mengatakan, CPG membayangkan komunitas yang telah terbukti tahan terhadap pandemi ini dilayani tidak hanya untuk rumah, tetapi juga bangunan serbaguna yang akan memiliki ruang untuk perkantoran dan tempat kerja bersama.

Saat ini, HDB di Singapura berfokus pada apartemen perumahan lokal. Namun, dia melihat tempat-tempat seperti HDB tumbuh menjadi komunitas yang lebih berkembang di mana hal itu juga akan membuka lebih banyak peluang bisnis, tidak hanya untuk bisnis tetapi juga untuk komunitas lokal.

“Kolaborasi berbagai agensi di Singapura telah menetapkan pondasi yang sangat baik, dengan menyediakan lapisan infrastruktur hijau, biru, dan sosial di kawasan, khususnya HDB Heartlands. Hal tersebut menyediakan gabungan beragam layanan ‘third places’ dan terjangkau untuk mendukung kerja jarak jauh, pembelajaran jarak jauh, menambah dan melengkapi rumah tradisional, ‘first places’, dan tempat kerja, ‘second places’,” tuturnya.

CPG memproyeksikan bahwa permintaan untuk rangkaian produk perumahan yang lebih luas akan meningkat dengan ragam budget yang berbeda, karena orang akan membutuhkan ruang yang kondusif dan fleksibel di dalam rumah untuk memenuhi pekerjaan atau pembelajaran jarak jauh mereka.

Dia menambahkan bahwa peningkatan pemanfaatan infrastruktur yang ada, seperti ruang taman dapat ditingkatkan dengan paviliun, dan dek kosong di blok HDB dapat dijadikan pilihan.

“Jadi, di HDB Heartlands akan ada ruang-ruang seperti itu, di mana akan memiliki ventilasi yang alami, lingkungan yang kondusif, hijau, dan Anda tidak perlu terburu-buru dalam kemacetan lalu lintas dan mengambil risiko,” katanya.

“Anda sebenarnya dapat bekerja dari ruang kerja yang kondusif tetapi terhubung ke kantor dan rekan kerja Anda dari jarak jauh menggunakan teknologi. Jadi, kami pikir permintaan untuk itu akan meningkat,” tambahnya.

Selama pandemi, baik perusahaan tradisional maupun modern perlu dengan cepat beralih untuk beradaptasi dengan bisnis secara digital. Namun, Shao Yen menyadari bahwa kebutuhan akan kantor fisik akan tetap ada. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan karyawan untuk memiliki interaksi pribadi dari waktu ke waktu.

“Ketika kami perlu menyampaikan sesuatu, kami menggunakan Zoom. Kita tidak perlu untuk bertemu secara fisik. Tetapi pada titik tertentu, jika saya ingin terhubung dengan Anda, secara pribadi, kami katakan, dapatkah Anda datang ke kantor kami dan menemui kami secara langsung, bagian itu tidak dapat tergantikan,” kata Shao Yen.

“Jadi pertanyaannya, ke depan, meski penggunaan kantor berkurang, bagaimana kita memperkuat aspek ruang perkantoran itu menjadi lebih manusiawi, lewat konsep desain yang biofilik? Kita perlu memperkenalkan alam ke dalam kantor. Jadi aspek kemanusiaan itu tidak hilang,” tambahnya.

Meningkatnya kesadaran akan kesehatan

Dalam lingkungan yang berubah saat ini, kebutuhan untuk meningkatkan standar di ruang kantor lebih dibutuhkan dari sebelumnya. Karyawan lebih berhati-hati dan ingin tahu tentang upaya perusahaan dalam menyediakan kantor yang aman. CPG mencatat bahwa kesehatan dan keselamatan telah menjadi pertimbangan utama mereka ketika mendesain ulang ruang kantor.

Senior Principal Architect, Saurabh Bhagra, Principal Architect dari National Centre for Infectious Diseases and Centre for Healthcare Innovation yang terkenal di Singapura, mengatakan bahwa dari apa yang mereka amati sejauh ini, perkantoran besar tidak relevan selama kepadatan tempat kerja dikelola dengan tepat. Jumlah orang yang bekerja dalam ruang tertentu adalah pertimbangan utama, bagaimana mereka berinteraksi, dan bagaimana banyak faktor lain akan mengubah keselamatan setiap orang yang bekerja di ruang itu.

“Ruang kerja tradisional belum siap untuk pandemi ini. Pertanyaan kuncinya adalah pengelolaan kepadatan di dalam ruang kerja. Kita perlu memperhatikan bagaimana pekerjaan dilakukan di kantor, bagaimana orang berinteraksi, dan aktivitas mereka. Dan karena sifat pekerjaan berkembang di masa depan, ini akan menjadi skenario yang terus berubah,” katanya.

Saurabh berbagi bahwa sementara organisasi bersiap untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan tempat kerja mereka, dan merencanakan perbaikan yang ekstensif, mereka perlu mengambil pendekatan yang lebih seimbang dalam ketentuan desain. Ketika ditanya apakah ruang rapat  dengan tekanan udara yang rendah (negative pressure room) akan menjadi kenormalan baru, Saurabh berpendapat bahwa aliran udara terarah yang umum di dalam kantor terbuka dapat dipertimbangkan, tetapi ruangan dengan tekanan udara rendah mungkin akan lebih sesuai. Demikian pula, penyediaan ruang rapat besar perlu dievaluasi kembali.

“Ukuran ruang yang tepat dan adopsi sistem engineering yang tepat akan sangat penting. Adopsi kolaborasi virtual juga membantu mengurangi kepadatan  perkantoran dengan cara dimana kita tidak membutuhkan ruang rapat yang besar. Teknologi seperti mixed-reality memungkinkan orang menjembatani kesenjangan antara ruang digital dan fisik,” katanya.

“Untuk mengatakan bahwa Anda membutuhkan ruang pertemuan dengan tekanan negatif adalah skenario yang ekstrem. Ruang bertekanan negatif lebih sesuai untuk fasilitas kesehatan kritis. Solusi yang diajukan perlu diperhatikan agar tidak terlalu membebani biaya operasional untuk menjalankan fasilitas tersebut,” ujarnya.

Solusi lain yang masuk akal untuk masalah ini adalah penggunaan teknologi, khususnya sensor dan kemampuan Internet of Things (IoT). Mok Kwong Wah, Innovation Management Office Director, berbagi bahwa hal ini sedang diintegrasikan dalam proyek-proyek CPG.

“Sensor, intelligent smart sensors, IoT, yang dapat mendeteksi kondisi lingkungan. Kami tahu dari penelitian misalnya, bahwa patogen seperti virus atau COVID, mereka hanya bisa bertahan dalam kisaran suhu kelembaban tertentu. Jadi, kami akan memastikan bahwa sebenarnya di kantor Anda dapat mengurangi risiko infeksi,” katanya.

“Kami berbicara tentang bagaimana orang secara fisik menyentuh gagang pintu, keran, dan sebagainya. Alih-alih mengoperasikan semua perangkat ini secara fisik, kita dapat menggunakan teknologi sensor. Misalnya, keran sensor otomatis, pintu dapat dioperasikan terbuka atau tertutup, atau bahkan pintu geser dengan sensor otomatis. Teknologi ini sudah banyak diimplementasikan dan sudah tersedia, dan bisa diterapkan di mana saja di dunia,” tambahnya.

Lingkungan kerja yang kondusif

Sesuai dengan pergeseran tujuan tempat kerja, CPG mengatakan bahwa salah satu tren adalah menuju lingkungan kerja yang lebih kondusif untuk mendorong kolaborasi. Dengan pandemi yang memperkenalkan pengaturan kerja dari rumah dan karyawan menjadikan rumah mereka sendiri sebagai tempat kerja yang lebih baik daripada kantor, perusahaan harus mendesain ulang ruang mereka saat mereka beradaptasi dengan new normal.

Saurabh mengatakan mereka melihat peningkatan permintaan untuk tempat kerja dengan pengaturan sosial dan kerja yang beragam untuk mendukung gaya kerja hybrid di lingkungan yang sangat berorientasi pada manusia. Mereka juga melihat kantor fisik terutama sebagai ruang untuk interaksi sosial dan kolaborasi dalam lingkungan kerja yang nyaman.

“Ruang kolaborasi sosial akan menjadi tempat di mana karyawan datang untuk berbagi ide dan terhubung dengan komunitas kantor. Ini bisa menjadi pengaturan kerja yang beragam, yang dapat memfasilitasi jenis pekerjaan yang perlu Anda lakukan. Jika dengan menyediakan sofa tidur atau beanbag membuat nyaman, ya, tentu, mengapa tidak? Tapi, saya pikir itu bisa menjadi kombinasi fasilitas yang pada dasarnya memberi Anda lingkungan yang nyaman untuk bekerja secara efektif. Oleh karena itu, tempat kerja harus lebih santai dan mencerminkan budaya itu,” jelasnya.

Dia menjelaskan bahwa informalitas ini bukan hanya tren yang mereka ikuti. Perpindahan ke pengaturan kantor informal ini dapat menghasilkan lebih banyak produktivitas bagi perusahaan karena akan memberikan lingkungan yang lebih nyaman bagi karyawan. Demikian pula, kantor modern dapat menjadi cara untuk mencerminkan nilai-nilai inti dan budaya perusahaan, dengan menunjukkan bahwa pekerjaan didorong oleh karyawan itu sendiri bukan hanya  aturan ketat dari kantor tradisional.

“Tentunya unsur-unsur yang pada dasarnya untuk mendorong komunitas itu untuk berekreasi juga perlu kembali ke nilai-nilai organisasi, jadi harus seimbang. Anda tidak bisa terlalu informal, tetapi informalitas itu akan mulai mengalir ke seberapa jauh organisasi dapat berkembang dan saya pikir, di satu sisi, juga mencerminkan orang-orang yang bekerja di sana karena Anda kemudian mulai percaya pada nilai-nilai itu,” paparnya.

“Jadi, tidak terlalu informal seperti mengatakan bahwa itu akan menjadi seperti ruang tamu. Itu harus menjadi ruang yang cukup dapat memberi rasa nyaman dan rasa memiliki, di mana Anda bisa menjadi diri sendiri, melakukan pekerjaan secara efektif, berkolaborasi, berkomunikasi, dan menjadi bagian dari komunitas itu secara keseluruhan,” tambahnya.

CPG juga percaya bahwa peningkatan permintaan untuk ‘15-minute lifestyle radius’ yang serupa dengan Resilient Communities akan mendorong permintaan untuk tinggal di pusat kota. Dengan berkurangnya permintaan akan ruang kantor, beberapa kantor dapat diubah menjadi pilihan tempat tinggal. Dari perspektif urban sustainability, hal itu bisa menjadi perkembangan positif, karena layanan baru, ground up initiatives, dan budaya lokal akan muncul, memperkaya area pusat kota dengan suasana yang lebih diperkaya. Selain itu, permintaan perjalanan antara heartland communities dan CBD atau business parks kemungkinan akan berkurang. Perjalanan yang dilakukan akan lebih terarah, daripada kebiasaan sehari-hari yang tidak ada artinya. Hal ini membuka peluang bagi gaya hidup baru yang rendah karbon dan ramah lingkungan.

CPG Corporation adalah penyedia layanan pengembangan dan manajemen terkemuka dengan spektrum layanan konsultasi profesional di bidang desain dan pengembangan infrastruktur.

Perusahaan ini telah berkontribusi pada landmark development seperti Singapore Changi Airport, National Gallery Singapore, Gardens by the Bay, serta kampus National University of Singapore dan Nanyang Technological University.

Apa yang dapat dipelajari oleh pengembang properti dari Azabudai Hills di Jepang

Pengembangan senilai US$4 miliar ini bertujuan untuk menjadi pusat internasional bagi warga asing dan perusahaan modal ventura.

AIRSIDE tempat eco-haven baru yang menonjolkan urban farm dan smart bike parking

Properti komersial ini menyediakan hasil panen dari pertaniannya kepada penyewanya.

Gedung perkantoran tua mengadopsi sistem protokol terbuka untuk manajemen energi

Para ahli juga berpendapat penggunaan sistem manajemen gedung lebih berpeluang untuk menghemat energi.

Perusahaan self-storage semakin booming di tenga industri layanan dan fasilitas tambahan yang berkembang

Di Singapura, StorHub telah memperkenalkan pemesanan online untuk ruang penyimpanan berbagai ukuran.

Pasokan kumulatif kantor di Jakarta CBD kini mencapai 7,4 juta meter persegi

Pasokan juga diperkirakan akan meningkat secara signifikan di luar CBD.

Serviced apartments mendominasi pasokan hotel baru di Jakarta pada 2023

Lebih dari 70% kamar baru yang masuk pasar berasal dari serviced apartments.

Filinvest’s New Clark City menampilkan wajah baru dari pembangunan berkelanjutan

Pengembang berbasis Filipina itu mendefinisikan ulang keberlanjutan dari ruang hijau dan komponen daur ulang hingga Eco-Tech-Ture dan pabrik baterai kendaraan listrik.