Mengapa Jepang menjadi pemain kunci di pasar residensial Indonesia
Mereka menyumbang 5% unit kondominium di Jabodetabek.
Investor asing tertarik pada peluang bisnis di Indonesia dikarenakan profil sosial ekonomi negara tersebut. Menurut JLL, dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwag, Indonesia menempati urutan keempat negara terpadat di dunia dengan penduduk yang didominasi kaum muda. Indonesia juga telah mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang relatif sehat sekitar 5% y-o-y, meskipun sempat mengalami kemunduran sejak pertengahan 2020 akibat pandemi.
JLL mengatakan sektor perumahan telah menjadi salah satu sektor real estate yang paling menarik dari sudut pandang investor. Minat investor tidak hanya untuk pusat kota Jakarta, tetapi juga untuk wilayah Jabodetabek. “Awalnya, pasokan kondominium sangat terpusat di Jakarta sebagai alternatif yang lebih terjangkau daripada rumah tapak. Namun, pengembangan kondominium mulai tumbuh aktif di luar Jakarta setelah 2014 yang menargetkan lebih dari 30 juta penduduk di Jabodetabek,” kata analis tersebut.
Lebih banyak dari JLL:
Saat ini kami memperkirakan pasokan kondominium akan menyebar di wilayah Jabodetabek dengan jumlah lebih dari 100.000 unit. Dari semua unit tersebut, hampir 90% dikembangkan oleh pengembang lokal, 5% oleh pengembang dari Jepang, dan sisanya dikembangkan oleh pengembang asing lainnya.
Secara historis, pengembang Jepang telah membentuk pasar real estate di Indonesia. Banyak pengembang yang telah menjadi nama besar di kancah properti di Indonesia, yang mengembangkan berbagai proyek seperti perumahan, kawasan industri, perkantoran, dan pusat perbelanjaan. Biasanya, mereka melakukan proyek pengembangan sendirian atau bersama dengan mitra lokal.
Unit yang belum selesai dikerjakan oleh pengembang Jepang tersebar masing-masing sekitar 38% di Jakarta dan Bekasi dan masing-masing 12% di Tangerang dan Bogor. Sebagian besar pasokan ada di Jakarta yang merupakan ibu kota negara dan tempat sebagian besar bisnis berlokasi. Pada saat yang sama, di wilayah Bekasi, beberapa proyek dikembangkan di sekitar atau di dalam kawasan industri. Proyek ini terutama menargetkan ekspatriat.
Dari segi segmen pasar, sebagian besar proyek ini menyasar kelas menengah ke bawah, dan hanya sedikit kondominium kelas atas yang ditawarkan. Fokus umum dengan kondominium kelas menengah ke bawah adalah keterjangkauan, dengan sebagian besar penawaran adalah untuk unit yang lebih kecil. Dengan demikian, tipe unit yang ditawarkan didominasi oleh unit studio dan dua kamar dengan proporsi masing-masing sekitar 40% dan 30%.
Selain proyek kondominium yang telah resmi diluncurkan, beberapa perusahaan Jepang juga telah mengumumkan rencana mereka untuk segera meluncurkan proyeknya. Pertumbuhan penduduk yang terus menerus di Indonesia, terutama di Jabodetabek, dan fokus pemerintah untuk meningkatkan aksesibilitas dan infrastruktur, termasuk mengembangkan kawasan Transit-Oriented Development (TOD), kemungkinan akan menarik pengembang asing untuk berpartisipasi dalam mengembangkan proyek perumahan.