Mengapa 2026 akan menjadi titik balik bagi pasar perkantoran di Jakarta
Pasar hanya diharapkan mencapai keseimbangan penawaran dan permintaan pada saat itu.
Para analis di Colliers tidak memperkirakan pertumbuhan signifikan dalam tingkat hunian gedung perkantoran di Jakarta, setidaknya hingga 2025. Selain itu, dengan 2024 yang menjadi tahun politik di Indonesia, terdapat kemungkinan adanya jeda dalam aktivitas bisnis, termasuk transaksi gedung perkantoran. Mengingat keseimbangan antara pasokan dan permintaan, sektor perkantoran di Jakarta diperkirakan memerlukan waktu dua hingga tiga tahun lagi untuk mencapai perbaikan yang signifikan.
Ferry Salanto, Kepala Riset Colliers Indonesia menyebutkan bahwa “Colliers memperkirakan tahun 2026 akan menjadi titik balik, didorong oleh tercapainya keseimbangan antara pasokan dan permintaan ruang sewa kantor. terjadi secara bertahap.
Sebaliknya, pemilik tanah dan investor akan semakin berhati-hati ketika mempertimbangkan pembangunan gedung perkantoran baru tanpa komitmen penyewa yang tegas. Proyeksi kami, setelah selesainya proyek Indonesia-1 pada tahun 2025, menunjukkan bahwa pertumbuhan pasokan tambahan akan melambat pada tahun-tahun berikutnya.”
Di dalam CBD, tingkat okupansi rata-rata tetap stabil pada 73,4% pada kuartal ketiga 2023, menjaga stabilitasnya dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Sementara di luar CBD, tingkat okupansi rata-rata mencapai 75,1% pada kuartal ketiga tahun 2023, mencerminkan peningkatan sebesar 2,2% QoQ. Karena pasar kantor tetap sangat kompetitif, mendorong pemilik properti untuk menjaga tingkat adaptabilitas dan fleksibilitas yang tinggi untuk menarik calon penyewa. Dalam skenario pasar yang didominasi oleh penyewa, gedung kantor yang ketinggalan zaman dengan pemeliharaan yang kurang memadai lebih mungkin akan diabaikan oleh penyewa.
Berdasarkan pantauan Colliers, gedung perkantoran Premium dan Grade A masih menarik minat penyewa di era pasca pandemi. Dalam banyak kasus, penyewa mencari lingkungan baru dengan pindah ke gedung perkantoran yang lebih baru dan berkualitas lebih tinggi, seringkali dengan syarat yang lebih menguntungkan. Saat ini, fokus penyewa tetap tertuju pada efisiensi, termasuk pertimbangan belanja modal. Akibatnya, ruang-ruang kosong yang berperabotan lengkap, yang memiliki fasilitas warisan dari penyewa sebelumnya, semakin disukai oleh penyewa yang cerdas.