Crazy rich Asians incar penthouse Singapura | Real Estate Asia
, Singapore

Crazy rich Asians incar penthouse Singapura

Penthouse seharga $4.200 per kaki persegi di Midtown Modern telah membawa kehidupan kembali ke pasar mewah.

Tren yang jelas dan nyata telah muncul selama beberapa bulan terakhir sebagai simbol status tertinggi, yaitu apartemen penthouse lantai atas. Bukan hanya sekedar apartemen baru, penthouse Midtown Modern yang terjual seharga $14,8 juta pada Maret 2021 sangat menarik minat pembeli. Bahkan penthouse di banyak apartemen lama juga dibeli, terutama oleh pembeli asing yang mencari hunian terbaik di Singapura.

Untuk penthouse, ukuran juga penting. Pembeli juga tertarik pada unit penthouse dari pengembangan terdahulu dengan area lantai yang besar. Setidaknya ada 15 transaksi penthouse di atas 3.000 kaki persegi yang terjadi antara tahun 1991 dan 2016. Transaksi ini mencatat penjualan antara $4,3 juta hingga $18,0 juta, dengan penthouse seluas 7.266 kaki persegi di St. Regis Residences Singapore berada didaftar teratas.

Salah satu alasan pembelian penthouse di tengah resesi terburuk baru-baru ini adalah bahwa orang-orang kaya, yang didefinisikan sebagai ultra high net worth individuals (UHNWI) dengan kekayaan US$30 juta atau lebih untuk diinvestasikan, meningkat 10,2% tahun lalu di Singapura.

“Berpadu dengan daya tarik family offices yang ada di Singapura, juga diamati bahwa pembeli rumah baik asing maupun lokal mencari unit penthouse atau unit dengan ukuran besar lebih dari 3.000 sq ft. Jadi, dengan terbatasnya ketersediaan penthouse yang baru diluncurkan, penthouse di pasar resale sedang diincar oleh mereka yang mengutamakan kualitas dan ruang hidup,” kata Head of Research Knight Frank Singapore, Leonard Tay, dalam sebuah wawancara bersama Real Estate Asia.

Tay mengamati bahwa sebagian besar pembeli rumah mencari unit berukuran rata-rata. Namun, tiga bulan terakhir terlihat bergeser ke permintaan unit dengan ukuran yang lebih besar yang datang tidak hanya dari kelompok dengan kekayaan bersih yang  tinggi, tetapi juga dari beberapa pembeli asing.

“Sebagian besar pembeli rumah masih membeli unit ukuran rata-rata, tetapi kami perhatikan dalam tiga bulan terakhir lebih banyak yang mencari unit ukuran lebih besar, terutama pembeli asing, berdasarkan permintaan yang kami dapatkan,” tuturnya.

“Kami kemungkinan akan melihat transaksi yang jauh lebih menarik dari unit ukuran besar pada tahun 2021,” tambahnya.

Segmen pasar menengah dorong pertumbuhan

Tay mengatakan, Singapura melaporkan segmen prime non-landed residential  mencatat penjualan sebesar $919,5 juta di Semester 2 2020. Hal ini menandakan peningkatan tiap tengah tahun sebesar  34,2% dari $685,1 juta di Semester 1 2020.

Namun, dia mengatakan bahwa sementara peningkatan aktivitas terlihat di pasar private residential yang mana sebagian besar didorong oleh pasar menengah, oleh pasar rumah-rumah yang umum daripada rumah-rumah mewah.

Unit prime non-landed residential adalah unit yang memiliki luas lantai lebih dari atau sama dengan 2.500 kaki persegi. Umumnya, mereka berada di area utama District 9, 10, dan 11, area CBD, dan area Sentosa.

“Ada permintaan yang sehat untuk rumah pribadi selama pandemi. Harga keseluruhan dari seluruh pasar perumahan pribadi meningkat sebesar 2,2% pada tahun 2020, tetapi sebagian besar aktivitas berada di pasar menengah, serta mass market, dan bukan prime market. Jadi, tidak begitu banyak kelas mewah pada rumah pribadi,” katanya.

Tay mengatakan bahwa ada dua alasan utama yang telah menyebabkan hal ini: pertama adalah peraturan perjalanan yang diperpanjang dan berlanjut membatasi calon investor asing untuk membeli rumah di Singapura, dan kedua adalah kurangnya peluncuran produk baru pada rumah kelas atas di tahun 2020.

“Ketika diamati, pembeli hanya memiliki opsi didalam pasar sekunder untuk menemukan rumah mewah dan banyak yang berpikir bahwa dengan pandemi yang sedang berlangsung, mereka memiliki waktu luang untuk menunggu sampai travel restrictions dilonggarkan, karena harga di kelas properti ini tidak benar-benar meningkat,” ungkapnya.

Laporan terbaru mengatakan bahwa pembeli asing telah menunjukkan peningkatan minat pada properti Singapura pada tahun 2020. Tay menegaskan hal ini dan mengatakan bahwa pembeli asing telah mencari properti mewah dalam beberapa bulan terakhir.

“Proporsi pembeli rumah asing memang turun menjadi 17,4% pada 2020. Turun 4,2% poin dibandingkan 2019 ketika proporsi pembeli rumah asing 21,6%. Minimnya pembeli rumah asing karena masih adanya pembatasan perjalanan saat ini,” katanya.

“Namun, berdasarkan pengamatan, ada pembeli rumah asing yang menunggu untuk dapat melintasi perbatasan dan kemudian membeli properti mewah di berbagai bagian di Singapura setelah aman untuk dilakukan,” tambahnya.

Peningkatan di en-bloc market

Tay mengatakan bahwa lebih banyak proyek akan diluncurkan pada tahun 2021 hingga 2022. Pengembang memilih untuk tidak membeli lahan lama tahun lalu, yang akan menyebabkan stok ruang real estate yang tersedia menjadi lebih rendah dari biasanya dalam jangka menengah.

Dengan pemulihan ekonomi dan sejumlah besar tenaga kerja yang ingin kembali bekerja, Knight Frank melihat bahwa proyek-proyek baru akan dimulai di pasar en-bloc.

“Tahun lalu, pengembang tidak benar-benar mengambil lahan baru untuk dikembangkan menjadi kondominium dan sebagainya. Memang benar, semua orang tertahan karena dikelilingi pesimisme. Tidak ada yang ingin menghabiskan jutaan dolar di lokasi pengembangan, tetapi itu telah mengakibatkan satu tahun tanpa pengumpulan bahan material yang dibutuhkan untuk membangun proyek perumahan baru,” ujarnya.

“Pada tahun 2021, dan mungkin tahun depan, akan ada peningkatan di pasar en-bloc di mana pengembang harus mengambil lebih banyak material karena stok yang tidak terjual atau stok yang dapat dijual semakin berkurang. Sejujurnya, ada batasan tertentu untuk selera yang dimiliki pengembang saat ini. Saya pikir, lahan ‘manis’ saat ini mungkin adalah lahan dengan harga tanah sekitar SG$200 juta, di mana dapat ditempatkan sekitar 200 unit baru,” tambahnya.

Dengan dukungan pemerintah yang kuat dan dibandingkan dengan negara-negara tetangganya, Singapura terlihat siap untuk melayani okupansi jangka panjang.

“Pusat data dan ruang logistik akan menjadi investasi jangka panjang yang baik dengan pengembalian yang stabil, terutama dengan Singapura yang menarik bagi perusahaan teknologi untuk datang melakukan ekspansi di kawasan ini,” tuturnya.

Apa yang dapat dipelajari oleh pengembang properti dari Azabudai Hills di Jepang

Pengembangan senilai US$4 miliar ini bertujuan untuk menjadi pusat internasional bagi warga asing dan perusahaan modal ventura.

AIRSIDE tempat eco-haven baru yang menonjolkan urban farm dan smart bike parking

Properti komersial ini menyediakan hasil panen dari pertaniannya kepada penyewanya.

Gedung perkantoran tua mengadopsi sistem protokol terbuka untuk manajemen energi

Para ahli juga berpendapat penggunaan sistem manajemen gedung lebih berpeluang untuk menghemat energi.

Perusahaan self-storage semakin booming di tenga industri layanan dan fasilitas tambahan yang berkembang

Di Singapura, StorHub telah memperkenalkan pemesanan online untuk ruang penyimpanan berbagai ukuran.

Pasokan kumulatif kantor di Jakarta CBD kini mencapai 7,4 juta meter persegi

Pasokan juga diperkirakan akan meningkat secara signifikan di luar CBD.

Serviced apartments mendominasi pasokan hotel baru di Jakarta pada 2023

Lebih dari 70% kamar baru yang masuk pasar berasal dari serviced apartments.

Filinvest’s New Clark City menampilkan wajah baru dari pembangunan berkelanjutan

Pengembang berbasis Filipina itu mendefinisikan ulang keberlanjutan dari ruang hijau dan komponen daur ulang hingga Eco-Tech-Ture dan pabrik baterai kendaraan listrik.