Pave melihat ada peningkatan permintaan untuk investasi properti di luar negeri | Real Estate Asia
, Hong Kong

Pave melihat ada peningkatan permintaan untuk investasi properti di luar negeri

Perusahaan membantu aktivitas pembelian lintas negara dan menangani administrasi klien.

Pandemi mungkin secara singkat membebaskan pekerja dari rutinitas dalam kantor, tetapi impian banyak orang adalah tidak hanya bekerja dari rumah, tetapi bekerja dari rumah kedua, terlebih di lokasi yang indah di Asia.

Hal ini adalah pasar yang dimana Pave, sebuah perusahaan startup yang berfokus untuk membantu investor menemukan dan memperoleh properti impian mereka di luar negeri, percaya akan berkembang pesat karena semakin banyak orang yang ingin membeli properti untuk diinvestasikan.

Dalam wawancara eksklusif dengan Real Estate Asia, Pave Founder and CEO, Alan Schmoll, mengatakan bahwa sementara investor real estate telah lama tertarik untuk membeli di pasar negara berkembang, permintaan meningkat secara signifikan ketika pandemi melanda.

Pave adalah portal online yang menawarkan bantuan properti real estate lintas negara (cross-border) dalam pembelian rumah atau apartemen baru. Selain menawarkan rumah yang tersedia untuk dijual, mereka juga menyediakan konsultasi hukum, pajak, dan keuangan.

Di antara tren paling signifikan yang mereka perhatikan adalah banyak pembeli yang ingin berinvestasi di properti di luar negeri. Sementara saat ini paling utama dilakukan untuk apresiasi modal, beberapa berinvestasi di properti sebelum bermigrasi ke negara lain.

“Apa yang kami lakukan adalah menggunakan lebih banyak data seputar properti, seputar niat pembeli, untuk mencocokkan properti yang lebih relevan dengan end-buyer. Mereka mungkin ingin memiliki kondominium di Bangkok, atau mereka ingin memiliki ski lodge di Niseko,” katanya.

“Bisa karena alasan investasi dengan  memaksimalkan hasil sewa atau kenaikan modal. Bisa juga untuk imigrasi. Banyak pembeli yang melihat pembelian properti di luar negeri sebagai langkah sebelum mereka bermigrasi ke negara baru,” tambahnya.

Tren lainnya adalah investor membeli properti untuk disewakan. Menghasilkan sewa dari ruang di luar negeri dianggap sebagai salah satu pilihan yang lebih stabil dalam berinvestasi di ruang real estate.

“Platform kami sepenuhnya fokus pada pembeli properti di luar negeri. Dalam hal apa yang akhirnya mereka lakukan dengan hal tersebut, beberapa dari mereka ingin menggunakan properti itu, dan kami juga memiliki pembeli yang murni mencari pengembalian investasi, menyewakannya kepada pembeli lain,” ujarnya.

“Kami bekerja dengan mereka, untuk menghubungkan mereka dengan agen di lapangan di negara-negara tersebut untuk memastikan bahwa mereka dapat menyewakan properti mereka dengan hasil yang memuaskan. Jadi itulah dua kegunaan utama dari properti: baik pemilik yang menempati, maupun membeli untuk investasi dan kemudian menyewakan,” tambahnya.

Dalam hal pasar yang lebih maju seperti Inggris dan Australia, ada kebutuhan untuk sedikit lebih selektif dalam membeli properti atau untuk investasi.

“Pembeli cenderung memiliki berbagai profil risiko untuk diselesaikan dan kami bekerja dengan mereka untuk memahami bahwa sebelum kami merekomendasikan properti untuk mereka, baik itu pasar negara berkembang seperti Thailand, Vietnam, atau pasar yang lebih maju seperti Inggris dan Australia,” tambahnya.

Work from Paradise

Gagasan ‘work from paradise’ menunjukkan bahwa lebih banyak karyawan memilih untuk pindah ke tempat-tempat yang lain dengan biaya hidup lebih rendah karena sekarang pekerjaan jarak jauh lebih layak dilakukan. Mereka tidak lagi perlu tinggal di negara yang sama di mana perusahaan mereka beroperasi, karena bisnis menjadi lebih fleksibel dalam memiliki sumber daya mereka bekerja dari tempat lain.

“Kami melihat ada beberapa tren yang berubah karena pandemi. Salah satunya, istilah ‘work from paradise’ yang menjadi pertimbangan nyata bagi orang-orang,” tuturnya.

“Jika mereka karyawan atau pengusaha, dengan fleksibilitas untuk tinggal di tempat lain, banyak dari mereka berpikir untuk membeli rumah kedua atau ketiga di tempat yang lebih seperti ‘surga’. Bisa di Bali, Phuket, atau di Bangkok,” tambahnya.

Hal ini disebut dengan istilah ‘repatriation move’. Sementara beberapa mungkin memilih untuk bekerja di tempat lain, sejumlah karyawan telah memilih untuk kembali ke negara asal mereka.

Schmoll mengatakan bahwa sejumlah warga Australia yang pindah ke Singapura atau Hong Kong untuk bekerja, sekarang mempertimbangkan untuk kembali ke Melbourne atau Sydney karena pekerjaan jarak jauh saat ini dimungkinkan dengan atasan mereka.

“Kedua adalah ‘repatriation move’ seperti yang kita sebut, dengan ekspatriat yang telah tinggal di tempat-tempat seperti di Hong Kong atau Singapura selama 5, 10, 15 tahun. Mengingat apa yang terjadi dengan COVID dan kesulitan bepergian melintasi perbatasan, serta juga dapat melakukan pekerjaan mereka dari jarak jauh, Anda sekarang melihat beberapa orang asing berpikir untuk diri mereka sendiri,” jelasnya.

“Apakah saya harus berbasis di Hong Kong dan Singapura untuk melakukan pekerjaan saya atau harus kembali ke Australia? Itu adalah sesuatu yang kami lihat cukup banyak dipertanyakan tentang kembali ke Melbourne dan Sydney untuk ekspatriat yang tinggal di Hong Kong dalam waktu yang cukup lama,” tambahnya.

Pasar negara berkembang seperti Thailand dan Vietnam saat ini menjadi pilihan teratas dalam permintaan ini. Bagi Schmoll, negara-negara tersebut menjanjikan karena mereka memproyeksikan bahwa properti di sini akan tetap berharga di tahun-tahun mendatang.

“Tempat-tempat seperti Thailand dan Vietnam, kami sebut sebagai pasar negara berkembang. Ini adalah saat masih ada banyak ruang untuk apresiasi harga properti yang mendasarinya. Ketika negara-negara tersebut menjadi lebih kaya, mereka yang berpenghasilan menengah mendapatkan uang lebih banyak, dan lebih banyak urbanisasi akan berpindah dari pedesaan ke kota. Jadi, tren jangka panjang di Thailand, Vietnam akan selalu sangat mendukung apresiasi harga properti,” ujarnya.

Pave Bespoke

Sementara platform utama berfungsi memudahkan akses bagi pembeli untuk menjangkau konsultan mereka, Schmoll mengatakan bahwa mereka juga memiliki Pave Bespoke untuk melayani pembeli dengan preferensi yang lebih khusus. Di sini, klien dapat meminta properti yang tidak termasuk dalam platform Pave.

Selain tidak membuang banyak waktu dan tenaga, pilihan Bespoke juga akan membantu pembeli menemukan rumah yang mereka idamkan hingga mencapai kesepakatan.

Klien akan menerima daftar pilihan yang akan dicari oleh konsultan Pave secara pribadi. Dari sana, Pave akan membantu dalam masalah hukum dan akuntansi, termasuk urusan yang diperlukan dengan bank, dan bahkan melengkapinya dengan desainer interior.

“Cara kerjanya adalah dengan membayarkan uang muka kecil kepada kami. Kemudian, kami pergi ke sana dan mewakili mereka dalam pencarian, serta menemukan daftar properti terpilih yang kami rasa memenuhi persyaratan, hingga negosiasi dengan vendor. Dalam hal ini, vendor bisa jadi adalah pengembang atau bisa jadi agen penjualan,” ujarnya.

“Melibatkan dan membantu mereka dengan pengacara dan urusan legal, bekerja dengan akuntan dan sampai ke penyelesaiannya, bekerja dengan bank, dan bahkan melengkapi dan mendekorasi properti adalah langkah-langkah yang serupa dengan layanan end-to-end yang kami sediakan melalui platform kami. Tetapi dalam kasus ini, hal itu hanya sedikit lebih bespoke atau lebih dari sekedar pemesanan awal dalam hal apa yang mereka cari,” tambahnya.

Beradaptasi dengan gaya hidup

Ke depan, Schmoll mengatakan bahwa Pave bertujuan untuk dapat memberikan pilihan kepada pembeli mereka bergantung pada gaya hidup masing-masing. Seiring bertambahnya jumlah portal online, Pave ingin menonjolkan diri dengan menawarkan informasi tentang area sekitar properti yang mereka jual.

“Saya pikir penting bagi kami untuk juga menjadi platform gaya hidup yang memberikan insight atau informasi mendalam kepada orang-orang tentang area yang mereka beli. Jika mereka ingin membeli properti investasi di Manchester, kami memberikan detail tentang supply dan demand, serta pasar real estate nya. Ini termasuk apa yang orang lihat dari sewa, apa yang orang beli, apa yang terjadi pada infrastruktur, harga per meter persegi atau tren dan hasil,” katanya.

“Tapi saya pikir sama pentingnya dengan itu adalah kami akan memberikan banyak informasi seputar gaya hidup. Alasan-alasan di balik ini selain karena pekerjaan, juga orang ingin benar-benar tinggal di tempat seperti Birmingham. Seperti apa suasana restorannya? Seperti apa kehidupan malamnya? Seperti apa arena olahraganya? Apa yang bisa dilakukan orang di akhir pekan untuk hobi mereka?” tambahnya.

Schmoll mengatakan bahwa mereka mengamati pembeli menjadi lebih nyaman membeli properti secara online. Pandemi membawa tren baru tour properti online, yang secara efisien menghilangkan keharusan berada di lokasi properti.

Pave menawarkan tour 3D properti mereka dan konsultan tersedia secara online untuk menjawab pertanyaan yang mungkin diajukan calon pembeli mereka.

“Orang-orang menjadi semakin nyaman membeli properti secara online. Bukan artinya bahwa orang tidak ingin pergi dan melihat properti lagi secara mandiri, kami tidak mempermasalahkannya,” ujarnya.

“Kami memberi pembeli kami informasi, video, denah lantai, informasi tentang area, 3D walkthroughs, menggunakan teknologi drone untuk memberikan pemandangan dari tingkat sebenarnya di mana apartemen seseorang berada. Ini adalah hal-hal yang membuat orang lebih nyaman lagi, melakukan sesuatu di lingkungan online dan kami merasa tren akan meningkat dan berlanjut,” tambahnya.

 

Apa yang dapat dipelajari oleh pengembang properti dari Azabudai Hills di Jepang

Pengembangan senilai US$4 miliar ini bertujuan untuk menjadi pusat internasional bagi warga asing dan perusahaan modal ventura.

AIRSIDE tempat eco-haven baru yang menonjolkan urban farm dan smart bike parking

Properti komersial ini menyediakan hasil panen dari pertaniannya kepada penyewanya.

Gedung perkantoran tua mengadopsi sistem protokol terbuka untuk manajemen energi

Para ahli juga berpendapat penggunaan sistem manajemen gedung lebih berpeluang untuk menghemat energi.

Perusahaan self-storage semakin booming di tenga industri layanan dan fasilitas tambahan yang berkembang

Di Singapura, StorHub telah memperkenalkan pemesanan online untuk ruang penyimpanan berbagai ukuran.

Pasokan kumulatif kantor di Jakarta CBD kini mencapai 7,4 juta meter persegi

Pasokan juga diperkirakan akan meningkat secara signifikan di luar CBD.

Serviced apartments mendominasi pasokan hotel baru di Jakarta pada 2023

Lebih dari 70% kamar baru yang masuk pasar berasal dari serviced apartments.

Filinvest’s New Clark City menampilkan wajah baru dari pembangunan berkelanjutan

Pengembang berbasis Filipina itu mendefinisikan ulang keberlanjutan dari ruang hijau dan komponen daur ulang hingga Eco-Tech-Ture dan pabrik baterai kendaraan listrik.